4 Wabah Penyakit Yang Bisa Terjadi Pasca Bencana Banjir

Image by danikancil
Bencana banjir tidak hanya menimbulkan kerusakan lingkungan dan kerugian materi, tetapi juga meningkatkan risiko wabah penyakit menular. Air banjir yang tercemar dan sanitasi yang buruk adalah dua faktor utama penyebaran penyakit pasca banjir. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengenali jenis penyakit yang sering muncul setelah banjir agar dapat melakukan pencegahan sejak dini.
Wabah Penyakit Yang Bisa Terjadi Pasca Banjir
Berikut adalah beberapa wabah penyakit yang paling sering terjadi pasca bencana banjir yang perlu diwaspadai:
1. Leptospirosis

Image by Lyudmila Lucienne
Leptospirosis merupakan salah satu penyakit paling berbahaya yang sering muncul setelah banjir. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang berasal dari urine hewan, terutama tikus, yang mencemari air banjir.
Cara penularan:
- Kontak langsung dengan air banjir yang terkontaminasi
- Bakteri masuk melalui luka terbuka, kulit lecet, atau selaput lendir (mata, hidung, mulut)
Gejala leptospirosis:
- Demam tinggi mendadak
- Sakit kepala dan nyeri otot
- Mata merah
- Mual, muntah, dan diare
- Pada kasus berat dapat menyebabkan gagal ginjal dan gangguan hati
Leptospirosis seringkali sulit dikenali pada tahap awal karena gejalanya mirip flu. Jika tidak segera ditangani, penyakit ini bisa berakibat fatal.
2. Diare dan gangguan pencernaan lainnya
Diare juga merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi setelah banjir, terutama akibat buruknya sanitasi, dan air bersih yang tercemar.
Penyebab utama:
- Konsumsi air minum yang terkontaminasi
- Makanan yang terpapar bakteri atau virus
- Kebersihan tangan yang tidak terjaga
Selain diare, gangguan pencernaan lainnya yang juga bisa dialami adalah muntaber, kolera, dan infeksi saluran pencernaaan.
Gejala yang perlu diwaspadai:
- Buang air besar encer lebih dari tiga kali sehari
- Mual dan muntah
- Nyeri perut
- Dehidrasi, terutama pada anak-anak dan lansia
Diare pasca banjir dapat menyebar dengan cepat jika tidak diatasi dengan penyediaan air bersih dan edukasi kebersihan lingkungan.
3. Demam tifoid (Tipes)
Demam tifoid, alias tipes, juga sering terjadi setelah bencana banjir. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Faktor risiko pasca banjir:
- Air bersih tercemar limbah
- Kebersihan makanan tidak terjaga
- Sistem sanitasi yang rusak
Gejala demam tifoid:
- Demam tinggi yang berlangsung lama
- Lemas dan lesu
- Sakit kepala
- Gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit
- Nafsu makan menurun
Tanpa penanganan yang tepat, demam tifoid dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti perdarahan saluran pencernaan, dan infeksi organ lain.
4. Demam berdarah & malaria
Banjir menciptakan genangan air, yang menjadi tempat ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak. Akibatnya, risiko demam berdarah dengue (DBD) dan malaria meningkat secara signifikan.
Demam Berdarah Dengue (DBD)
DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Gejala DBD meliputi:
- Demam tinggi mendadak
- Nyeri sendi dan otot
- Sakit kepala hebat
- Ruam kulit
- Perdarahan ringan seperti mimisan atau gusi berdarah
Malaria
Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles, dan lebih sering terjadi di daerah tertentu, terutama dengan sanitasi lingkungan yang buruk.
Gejala malaria:
- Demam disertai menggigil
- Berkeringat berlebihan
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Lemas ekstrem
Kedua penyakit ini dapat berakibat fatal jika tidak segera mendapatkan penanganan medis.
Kesimpulan
Pasca bencana banjir, risiko wabah penyakit meningkat secara signifikan akibat air tercemar dan sanitasi buruk. Leptospirosis, diare, demam tifoid, serta demam berdarah dan malaria merupakan penyakit yang paling sering muncul dan perlu diwaspadai.
Upaya pencegahan seperti menjaga kebersihan diri, mengonsumsi air bersih, menghindari kontak langsung dengan air banjir, serta memberantas sarang nyamuk, sangat penting untuk menekan risiko penyebaran penyakit. Jika ada gejala mencurigakan yang muncul, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih cepat dan tepat.